39. Pelantikan Mahasenapati
Sekembalinya
Krishna alias Gowinda ke Upaplawya, ia segera menemui Pandawa dan
menyampaikan laporan kepada Yudhistira. Ia laporkan pertemuannya dengan
tokoh-tokoh penting di Hastinapura dan pertemuannya dengan Dewi Kunti,
ibu Pandawa .
“Kini tidak ada lagi harapan untuk berdamai.
Duryodhana bersikeras, tetap ingin berperang melawan kita. Sekarang
kita harus bersiap-siap untuk menghadapi perang besar di padang
Kurukshetra!” demikian Krishna mengakhiri laporannya .
Setelah
mendengarkan laporan Krishna, Yudhistira mengajak saudara-saudaranya
berunding. Mereka membagi pasukan perang Pandawa menjadi tujuh kelompok, masing-masing dipimpin seorang senapati, yaitu Drupada, Wirata, Dhristadyumna, Srikandi, Satyaki, Chekidana dan Bhimasena. Setelah itu mereka merundingkan, siapa yang pantas dipilih menjadi Senapati Agung .
Yudhistira
berkata, “Kita harus memilih dan melantik satu dari tujuh panglima ini
menjadi Mahasenapati atau Senapati Agung yang mampu menghadapi Bhisma
dan sanggup memusnahkan musuh kita. Ia juga harus pandai memimpin
balatentara kita, setiap saat dan dalam segala keadaan. Menurut kalian,
siapakah yang paling pantas memikul tanggung jawab seberat itu?” kata
Yudhistira sambil berpaling pada Sahadewa .
Sahadewa
menanggapi, “Sebaiknya kita lantik Wirata menjadi Senapati Agung kita.
Dialah yang menolong kita selama kita hidup dalam penyamaran dan berkat
bantuannya hati kita tergugah untuk merebut kembali kerajaan kita.”
Pada
jaman itu, sesuai tradisi, orang yang paling mudalah yang lebih dulu
dimintai pendapat; bukan yang paling tua. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi semangat kepada anak-anak muda dan membangkitkan rasa percaya
diri mereka. Seandainya yang lebih tua dimintai pendapat lebih
dulu, maka berdasarkan tata susila yang lebih muda tidak akan berani
mengungkapkan pendapatnya secara bebas. Kalaupun berani, ada kemungkinan
akan ditanggapi secara salah karena perbedaan penafsiran. Yang jujur
bisa dicemooh, yang benar bisa dihina .
Kemudian
Yudhistira bertanya kepada Nakula dan Nakula menjawab tanpa ragu,
“Menurutku yang paling tepat menjadi Senapati Agung adalah Drupada.
Dilihat dari usia, kebijaksanaan, keberanian, kekuatan, dan garis
keturunannya, dialah yang paling utama. Drupada telah belajar ilmu
peperangan dari Bharadwaja. Ia sudah lama menunggu kesempatan untuk
bertempur melawan Drona. Ia sangat dihormati dan disegani banyak raja.
Ia telah membela kita seperti anak-anaknya sendiri. Dia pula yang
memimpin pasukan perang kita melawan Bhisma dan Drona.”
Dhananjaya
kemudian dimintai pendapatnya. “Aku pikir, Dristadyumna yang harus
memimpin kita di medan perang. Dia adalah kesatria yang mampu
mengendalikan perasaan dan pikirannya dengan baik. Dan ia terlahir untuk
menamatkan riwayat Drona. Hanya Dristadyumna yang mampu menghadapi
segala bidikan panah Drona. Kecuali itu, ia ahli siasat perang dan
tangkas menggunakan segala macam senjata dan terbukti berhasil
mengalahkan Parasurama. Tak ada yang lebih pantas daripada dia,” kata
Arjuna .
Bhimasena berkata, “Wahai Dharmaputra, apa yang
dikatakan Arjuna benar. Tetapi menurut para resi dan para tetua,
Srikandi yang ditakdirkan akan menamatkan riwayat Bhisma. Menurut
pendapatku, Srikandi yang harus memimpin balatentara kita!”
Yudhistira kemudian meminta pendapat Krishna .
“Semua
kesatria yang telah disebut tadi mempunyai kelebihan masing-masing dan
semua memenuhi syarat untuk dipilih,” kata Krishna. “Siapa pun yang akan
dipilih, dia pasti mampu membuat balatentara Kaurawa ketakutan. Tetapi,
setelah memperhatikan setiap pendapat dan mempertimbangkan segala
sesuatunya, demi kemenangan kita, aku mendukung pendapat Arjuna. Karena
itu, nobatkanlah Dristadyumna sebagai Senapati Agung balatentara Pandawa.”
Akhirnya,
dengan suara bulat mereka memutuskan memilih Dristadyumna sebagai
Senapati Agung. Putra Drupada itulah yang dulu memimpin upacara
sayembara untuk mencarikan suami bagi Draupadi, adiknya. Sayembara itu
dimenangkan oleh Arjuna. Tiga belas tahun lamanya ia menahan diri untuk
tidak membalas penghinaan Duryodhana terhadap Draupadi. Dristadyumna
memang telah menunggu-nunggu saat yang tepat untuk membalaskan dendam
adiknya .
Pelantikan Dristadyumna sebagai Senapati Agung
balatentara Pandawa dilakukan dengan khidmat. Selama upacara
berlangsung, suasana hening. Setelah upacara selesai, seluruh
balatentara Pandawa bersorak sorai penuh semangat. Genderang ditabuh,
gong dipukul, dan sangkakala ditiup menderu-deru. Suara riuh rendah itu
membahana memenuhi angkasa! Panji-panji pasukan dikibarkan. Pasukan
penunggang kuda dan gajah dibariskan berderetderet, diikuti pasukan
berkereta dan pasukan berjalan kaki. Semua berbaris, melangkah maju
dengan mantap ke padang Kurukshetra. Derap langkah mereka menggetarkan
bumi! Sorak sorai mereka seakan-akan hendak merobohkan langit!
***
Sementara Pandawa memilih Dristadyumna, Kaurawa memilih Bhisma sebagai Mahasenapati mereka.
Sambil bersujud, Duryodhana memberi hormat kepada Bhisma dan berkata,
“Semoga engkau dapat memimpin kami dengan bijak dan kita memperoleh
kemenangan dan kemasyhuran seperti Kartikeya memimpin para dewata di
kahyangan. Kami akan mengikuti perintahmu, seperti sapi-sapi mengikuti
gembalanya.”
Bhisma mengangguk lalu berkata kepada
Duryodhana, “Baiklah! Tetapi, engkau harus mengerti pendirianku. Aku
tidak pernah ragu. Bagiku, putra-putra Pandu sama dengan kalian,
putra-putra Dritarastra. Untuk memenuhi janjiku kepadamu, aku akan
melaksanakan tugasku dengan sebaik-baiknya. Ratusan musuh akan tewas
setiap hari, karena anak panahku. Tetapi aku tak sanggup membunuh
putra-putra Pandu, karena aku tidak menyetujui peperangan ini .
“Selain
itu, satu hal harus engkau ingat. Karna, putra Batara Surya, yang
sangat engkau kasihi itu, selalu menentang kepemimpinanku dan meremehkan
segala pendapatku. Kalau kau tidak senang akan pendirianku, mintalah
dia memimpin balatentara Kaurawa. Lantiklah dia sebagai Senapati Agung.
Aku tidak keberatan.”
Duryodhana menerima syarat-syarat
yang diajukan Bhisma. Kesatria tua itu dinobatkan sebagai Senapati Agung
balatentara Kaurawa. Dan, bagaikan banjir besar balatentara yang
dipimpinnya mengalir ke padang Kurukshetra .
***
BERSAMBUNG
0 komentar :
Posting Komentar