35. Duryodhana Menjebak Raja Salya
Salya, Raja Negeri Madradesa, adalah saudara Dewi Madri, ibu Nakula dan Sahadewa. Ia
mendengar berita bahwa Pandawa berkemah di Upaplawya dan sedang sibuk
mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perang besar yang akan datang.
Salya lalu mempersiapkan balatentaranya dalam jumlah amat besar dan
mengirim mereka ke tempat berkumpulnya pasukan perang Pandawa. Konon,
karena begitu banyaknya jumlah balatentara Salya, untuk beristirahat
mereka membutuhkan areal yang luasnya 20 kilometer persegi .
Berita
keberangkatan Salya bersama balatentaranya sampai ke telinga
Duryodhana. Ia memerintahkan sejumlah perwiranya untuk menyambut Salya
dan membujuknya agar mau bergabung dengan pasukan Kaurawa. Ia
memerintahkan pasukannya untuk membangun beratusratus balai
peristirahatan di sepanjang jalan yang akan dilalui balatentara Salya.
Balai peristirahatan itu dihias serba indah. Waktu beristirahat,
balatentara Salya akan dijamu dengan aneka macam makanan dan minuman
yang berlimpah dan dihibur dengan berbagai pertunjukan kesenian yang
memikat .
Seluruh balatentara Salya senang dan puas
menerima sambutan Duryodhana. Salya berkata kepada salah seorang perwira
tinggi pasukan Duryodhana, “Aku ingin memberi hadiah kepadamu dan
kepada mereka yang telah menyambut kami dengan ramah, terutama anak
buahmu .
Sampaikan kepada Duryodhana bahwa aku sangat berterima kasih kepadanya.”
Perwira
itu lalu menyampaikan pesan Salya kepada Duryodhana. Mendengar itu,
Duryodhana yang memang menunggu-nunggu saat paling baik untuk menemui
Salya, segera berangkat menemui Raja Negeri Madradesa itu. Di hadapan
Salya, ia menyatakan betapa besarnya kehormatan yang diperolehnya karena
Raja Salya merasa senang oleh sambutan pasukan Duryodhana. Tutur kata
Duryodhana yang ramah benar-benar menyenangkan hati Salya yang sama
sekali tidak punya prasangka apa pun. Ia mengira semua itu merupakan
ungkapan ketulusan pihak Kaurawa. “Alangkah hormat dan baik hatinya
engkau kepada kami,” kata Salya yang terbuai oleh sambutan luar biasa
dan keramahan pasukan Duryodhana .
“Bagaimana aku bisa membalas budi baikmu?”
Duryodhana menjawab, “Sebaiknya kau dan balatentaramu bertempur di pihak kami. Itulah yang kuharapkan sebagai balas budimu.”
Salya sangat kaget mendengarnya. Ia terdiam, terpaku. Maka sadarlah ia dengan siapa sebenarnya ia berhadapan .
Duryodhana
melanjutkan, “Engkau sama berartinya bagi kami berdua. Bagimu, kami
sama dengan Pandawa. Engkau harus penuhi permintaanku dan berikan
bantuanmu kepadaku.”
Karena telah menerima pelayanan yang
sangat baik dari anak buah Duryodhana selama beristirahat di
pesanggrahan, dengan singkat Salya menjawab, “Kalau memang demikian
keinginanmu, baiklah!”
Duryodhana yang belum merasa yakin akan jawaban itu, mendesak Salya sekali lagi sebelum raja itu pergi .
Salya
memandang Duryodhana dengan tajam sambil berkata, “Duryodhana,
percayalah kepadaku. Aku berikan kehormatan ucapanku kepadamu. Tetapi,
aku harus menemui Yudhistira untuk menyampaikan keputusanku.”
Akhirnya
Duryodhana berkata, “Pergilah menemui Yudhistira, tetapi kembalilah
segera. Jangan ingkari janjimu,” kata Duryodhana seperti memerintah .
“Kembalilah
ke istanamu dan peganglah kata-kataku. Aku tidak akan mengkhianatimu,”
kata Salya. Setelah berkata demikian ia meneruskan perjalanannya menuju
Upaplawya, tempat perkemahan Pandawa .
Pandawa menyambut
paman mereka, Raja Madradesa, dengan gembira. Nakula dan Sahadewa
langsung menceritakan pengalaman pahit yang mereka alami selama hidup di
pengasingan. Tetapi, ketika mereka mengharapkan bantuan Salya dalam
peperangan yang akan datang, Raja Madradesa berkata bahwa ia telah
menjanjikan dukungannya kepada Duryodhana .
Yudhistira
sangat terkejut dan menyesali dirinya sendiri karena sejak awal yakin
bahwa Salya akan berpihak pada Pandawa. Ia mencoba menutupi
kekecewaannya dengan berkata, “Pamanku yang perkasa, engkau mempunyai kewajiban untuk memenuhi janjimu kepada Duryodhana. Kedudukanmu
akan sama dengan Krishna dalam pertempuran nanti. Karna pasti akan
mengharapkan Paman untuk menjadi sais keretanya waktu ia berhadapan
dengan Arjuna. Apakah Paman akan menyebabkan kematian Arjuna atau Paman
akan menghindarkannya dari maut? Tentu saja aku tidak bisa memintamu
untuk menjatuhkan pilihan. Aku hanya mengungkapkan isi hatiku dan
keputusan terletak di tangan Paman.”
Salya menjawab,
“Anak-anakku, aku telah dijebak oleh Duryodhana. Aku telah berjanji
akan membela dia. Ini berarti aku harus berhadapan dengan kalian.
Tetapi, seandainya Karna memintaku menjadi sais keretanya dalam
pertarungan melawan Arjuna, ia pasti gentar menghadapinya. Arjuna pasti
menang. Segala penghinaan yang kalian terima dan diderita oleh Draupadi
akan berubah menjadi kenangan indah bagi kalian. Kelak kalian akan hidup
bahagia. Aku telah berbuat salah. Sepantasnyalah aku memikul
akibatnya.”
***
BERSAMBUNG
0 komentar :
Posting Komentar