42. Perang Hari Kedua
D uryodhana sangat
senang karena di hari pertama Kaurawa berhasil memetik kemenangan. Ia
berkata lantang di depan seluruh balatentara Kaurawa, seakan kemenangan
akhir sudah di tangan .
Sebaliknya, pihak Pandawa
menderita kekalahan besar. Mahasenapati Dristadyumna menyusun siasat
baru agar tak banyak korban berjatuhan di pihak Pandawa .
Arjuna
berkata kepada Krishna, sais keretanya, kalau pertempuran seperti
kemarin terjadi lagi, maka balatentara Pandawa pasti hancur musnah dalam
waktu singkat. Ia berpendapat, yang pertama-tama harus disingkirkan
adalah Bhisma .
“Kalau memang demikian pendapatmu,
bersiaplah! Kita hancurkan kereta Bhisma!” jawab Krishna sambil melecut
kudanya menuju kereta Bhisma .
Dari jauh Bhisma melihat
kereta Arjuna datang mendekat. Cepat-cepat ia lemparkan berpuluh-puluh
tombak ke arah Arjuna, susul-menyusul. Melihat Bhisma diserang,
Duryodhana memerintahkan anak buahnya untuk melindungi Bhisma dari
serangan musuh, terutama serangan Arjuna. Semua tahu, tidak ada yang
bisa menandingi Arjuna, kecuali Bhisma, Drona dan Karna. Tetapi, kali
ini dengan dahsyat Arjuna menyerang Bhisma. Dari atas keretanya yang
berlari kencang bagai petir menyambarnyambar, Arjuna bahkan mampu
menghancurleburkan bala bantuan yang dikirim Duryodhana. Demikianlah,
setiap penghalang disapu bersih bagai alang-alang kering dijilat api di
musim panas .
Pertempuran di hari kedua membuat hati Duryodhana berdebar-debar. Kepercayaannya kepada Bhisma mulai mengendur. Dengan
marah ia berkata kepada kesatria tua itu bahwa selama Bhisma dan Drona
masih hidup, serangan Arjuna dengan kereta yang disaisi Krishna pasti
akan menghancurkan seluruh balatentara Kaurawa. Duryodhana bahkan menuduh, orang tua itulah yang menyebabkan pengabdian dan kesetiaan Karna diabaikan. Ia merasa tertipu oleh mereka, karena mereka tidak mau menghancurkan Arjuna. Mendengar tuduhan ini, Bhisma hanya bungkam seribu bahasa dan tetap meneruskan perlawanannya terhadap Arjuna .
Pertempuran antara dua kesatria besar itu sungguh menakjubkan. Keduanya adalah kesatria paling sakti di jaman itu. Tak
terhitung banyaknya anak panah dan tombak yang dilepaskan dari kedua
pihak. Beberapa anak panah Bhisma menancap di tubuh Arjuna dan Krishna.
Sebaliknya, beberapa kali busur Bhisma patah kena panah Arjuna. Kini
kereta kedua kesatria itu berada sangat dekat satu sama lain. Para dewata di kahyangan menyaksikan pertempuran mereka dengan penuh haru .
Sementara itu, Drona sedang berhadap-hadapan dengan Dristadyumna.
Dengan pengalaman dan kesaktiannya, Drona membuat mahasenapati Pandawa
itu luka parah. Tetapi, Dristadyumna bukan prajurit muda yang tak paham
soal pertempuran. Meski luka-lukanya parah, dia bangkit berdiri lalu
dengan perkasa membalas serangan Drona. Panah dan tombak mereka melayang
di udara. Beberapa anak panah Drona tepat mengenai sais kereta
Dristadyumna, hingga sais yang setia itu tewas seketika. Kereta
Dristadyumna hancur. Segera Arjuna, melompat ke luar sambil melemparkan
beberapa tombak kepada Drona, yang menangkisnya dengan lincah.
Dristadyumna menghunus pedangnya dan dengan cepat menyerbu Drona.
Tetapi, serangan itu berhasil dielakkan Drona. Bahkan pedang itu
berhasil dipatahkannya. Tepat pada saat yang kritis itu, Bhima
melepaskan anak panah ke arah Drona. Kereta Drona hancur diterjang anak
panah Bhima dan membuat Mahaguru itu terpelanting. Secepat kilat Bhima melompat dan menyambar Dristadyumna lalu melarikannya ke tempat yang aman .
Kemudian Bhima berhadapan dengan pasukan Kalinga.
Bhima mengamuk bagaikan banteng terluka, membunuh ratusan prajurit
Kalinga. Melihat itu, Bhisma segera mengerahkan sepasukan prajurit untuk
membantu pasukan Kalinga. Bhima dibantu Satyaki dan Abhimanyu. Sebuah
tombak berat Satyaki tepat mengenai sais kereta Bhisma dan
menewaskannya. Kereta Bhisma tidak dapat dikuasai lagi, kudanya berlari
liar meninggalkan medan pertempuran .
Kesempatan ini
dipergunakan sebaik-baiknya oleh pasukan Pandawa. Arjuna menyerang dan
menerjang bagai topan. Pasukan Kaurawa kocar-kacir. Tidak terhitung
banyaknya yang tewas. Mayat bergelimpangan, berserakan bagaikan daun
kering di musim gugur. Begitu banyaknya kawan mereka yang tewas hingga
balatentara Kaurawa merasa gentar .
Ketika senja tiba, lewat Drona, Bhisma memerintahkan agar pertempuran hari itu dihentikan. Semua pasukan harus kembali ke kubu masing-masing. Semangat para perwira Kaurawa mulai layu. Sebaliknya, Pandawa memperoleh kemenangan besar karena semangat mereka tinggi .
***
BERSAMBUNG
0 komentar :
Posting Komentar